Header Menu Detik Style

Resik-resik Pasar, Aksi Puncak World Cleanup Day di Pasar Raya Mojosari Mojokerto

Caption : Bupati Mojokerto, Muhammad Al Barra saat aksi Resik-resik Pasar di Pasar Raya Mojosari dalam puncak World Cleanup Day.

Mojokerto (Awalan.id) – Aksi bersih-bersih atau Resik-resik Pasar menjadi puncak peringatan World Cleanup Day (WCD) 2025 di Kabupaten Mojokerto. Kegiatan yang dipusatkan di Pasar Raya Mojosari ini menjadi simbol komitmen bersama untuk mengatasi darurat sampah, terutama dari sektor pasar.

Data dari Sistem Informasi Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) 2024 tercatat sebagai sumber sampah terbesar kedua secara nasional, mencapai 15,68 persen dari total timbunan sampah di Indonesia.

Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra mengatakan, World Cleanup Day telah diselenggarakan secara serentak di 180 negara sejak 2018. Tujuannya adalah membangun kesadaran global bahwa sampah merupakan persoalan bersama, lintas ras, agama, dan negara.

“Lokus kegiatan kita tahun ini adalah pasar, karena berdasarkan data nasional, pasar merupakan penyumbang sampah terbesar kedua. Di Pasar Raya Mojosari saja, tiap hari dihasilkan sekitar 4 ton sampah,” jelasnya, Rabu (15/10/2025).

Gus Barra (sapaan akrab, red) menegaskan pentingnya edukasi dan perubahan perilaku masyarakat, dimulai dari rumah tangga. Sampah organik dan non organik perlu dipilah sejak awal, agar yang sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hanya residunya saja.

“Mari kita jadikan budaya bersih ini sebagai gaya hidup. Kurangi penggunaan plastik, bawa kantong belanja sendiri, dan olah sampah organik menjadi kompos atau eco-enzyme,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Mojokerto, Rachmat Suharyono mengatakan, World Cleanup Day merupakan gerakan global yang dilakukan serentak di berbagai negara untuk mengajak masyarakat lebih peduli terhadap persoalan sampah. Momentum ini berlangsung sejak 15 September hingga 15 Oktober 2025.

“Kegiatan ini bukan hanya momentum, tapi gerakan berkesinambungan. Kami ingin semua pihak memberikan perhatian penuh terhadap kedaruratan sampah di Kabupaten Mojokerto. Sejak pertengahan September, berbagai aksi lingkungan telah digelar, mulai dari pembersihan Sungai Kalipuro di Kecamatan Pungging,” katanya.

Pemeliharaan jalur hijau di sepanjang Mojosari, hingga perawatan taman-taman kota dan pembinaan sekolah Adiwiyata Menurutnya, setiap hari TPA Karangdieng di Kecamatan  Kutorejo menerima sekitar 90 ton sampah, dan kini tumpukannya telah melebihi tanggul hingga dua meter.

“TPA itu seharusnya tempat pemrosesan akhir, bukan pembuangan akhir. Artinya, sampah dari rumah tangga harus sudah diolah dulu sebelum ke sana. Kita punya 30 TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle) tapi yang berfungsi masih di bawah 10. Ini tantangan besar, tapi kami yakin mampu, karena kami tidak sendiri,” tuturnya.

Ada relawan, pegiat lingkungan, dan pelaku industri yang turut membantu. Kegiatan tersebut diharapkan dilakukan secara rutin dan menjadi bagian dari perilaku masyarakat sehari-hari karena Mojosari ke depan akan menjadi pusat penyelenggaraan kabupaten. Maka kebersihan pasar sebagai pusat ekonomi harus menjadi perhatian utama.

“Mari kita ubah perilaku dan jadikan kebersihan sebagai budaya bersama. Kita membutuhkan bumi, bumi membutuhkan kita. Salam lestari,” pungkasnya.

Dalam aksi Resik-resik Pasar ini, para pelajar dari SMK PGRI Mojosari dan SMAN 1 Mojosari juga turut dilibatkan. Mereka belajar mengolah sampah organik menjadi kompos dan eco-enzyme, sekaligus memahami nilai ekonomi dan lingkungan dari pengelolaan sampah yang tepat. [Mia]

Tags :

Menarik Lainnya