Mojokerto (Awalan.id) – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Mojokerto terus memperkuat komitmennya dalam mendukung program ketahanan pangan nasional. Di tengah keterbatasan lahan, lapas yang dipimpin oleh Rudi Kristiawan ini berhasil mengembangkan 44 kolam lele bioflok serta budidaya sayuran hidroponik.
Program ini kini menjadi program unggulan pembinaan kemandirian warga binaan. Saat ini, terdapat sekitar 65 ribu ekor lele yang dibudidayakan secara aktif di seluruh kolam bioflok. Panen dilakukan secara bergilir setiap dua hingga lima hari sekali, dan hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).
“Sebagian hasil panen juga dijual kepada rekanan pemborong makanan untuk diolah di dapur Lapas. Di tengah keterbatasan lahan, kami tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mensukseskan dan mendukung penuh program Asta Cita Bapak Presiden Prabowo Subianto,” ujarnya, Senin (20/10/2025).
Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan internal, tetapi juga menjadi bagian dari program akselerasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan di bidang ketahanan pangan, pengembangan UMKM, serta peningkatan kualitas SDM para warga binaan.
Selain kolam lele, Lapas Kelas IIB Mojokerto juga mengembangkan lahan pertanian produktif dengan menanam cabai, terong, kangkung, dan sawi secara hidroponik. Di sektor peternakan, warga binaan juga mengelola kambing dan ayam secara mandiri, sebagai upaya memperluas sumber pangan sekaligus pelatihan kerja praktis.

“Program ini sekaligus menjadi wadah pembinaan kemandirian. Warga binaan kami libatkan langsung di setiap unit kegiatan, mulai dari perikanan, pertanian, peternakan, hingga kerajinan kulit dan UMKM kuliner. Kami ingin Lapas Mojokerto menjadi contoh bahwa pembinaan warga binaan bisa berdampak nyata bagi masyarakat dan negara,” katanya.
Setidaknya terdapat 37 warga binaan yang aktif terlibat dalam berbagai bidang produktif. Terdiri dari 10 orang di unit kolam lele, tiga orang di peternakan kambing, lima orang di kerajinan kulit, 14 orang di unit UMKM makanan, dan lima orang di bidang pertanian serta hidroponik.
Salah satu warga binaan, Afik Munandar mengaku bangga bisa ikut berkontribusi dalam kegiatan tersebut. Selama tiga bulan terakhir, ia dipercaya mengelola peternakan kambing yang menjadi bagian dari program ketahanan pangan Lapas Kelas IIB Mojokerto.
“Setiap kambing saya beri nama agar mudah diingat. Perawatannya cukup mudah, asal rutin diberi makan dan air yang cukup. Kotorannya pun dimanfaatkan sebagai pupuk. Saya senang karena bisa belajar keterampilan baru yang bisa berguna setelah bebas nanti,” katanya.
Melalui berbagai kegiatan produktif tersebut, Lapas Kelas IIB Mojokerto membuktikan bahwa lembaga pemasyarakatan bukan hanya tempat pembinaan moral, tetapi juga pusat pemberdayaan ekonomi dan kemandirian yang berkontribusi langsung terhadap ketahanan pangan nasional. [Mia]






