Jakarta (Awalan.id) – Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada, Selasa (9/9/2025), menyusul perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto. Berdasarkan data perdagangan, rupiah sempat menyentuh level Rp16.495 per USD.
Rupiah melemah lebih dari 1 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Pelemahan ini juga terlihat pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia yang mencatat rupiah di posisi Rp16.462 per USD, turun dari Rp16.348 sehari sebelumnya.
Menurut Reuters, pasar bereaksi negatif atas pemecatan mendadak Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan. Keputusan ini memunculkan keraguan terhadap kredibilitas fiskal Indonesia di mata investor global. Kondisi tersebut mendorong Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi guna menjaga stabilitas.
Di sisi lain, indeks harga saham gabungan (IHSG) juga ikut tergelincir hingga 1,6–1,8 persen pada awal perdagangan. Investor asing tercatat melakukan aksi jual, seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi nasional.
Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, mencoba menenangkan pasar dengan janji menjaga disiplin fiskal sembari mengejar target pertumbuhan ambisius hingga 8 persen. “Kami akan memastikan defisit terkendali, namun tetap fokus pada belanja produktif yang bisa mendorong investasi dan pertumbuhan,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Meski demikian, analis menilai jalan menuju pemulihan kepercayaan pasar tidak akan mudah. “Sri Mulyani selama ini dianggap simbol kredibilitas fiskal. Ketika diganti mendadak, wajar rupiah dan IHSG bergejolak,” ujar analis Doo Financial Futures, Lukman Leong.
Kini, pasar menanti langkah nyata dari pemerintah dan Bank Indonesia dalam menstabilkan nilai tukar serta memberi kepastian arah kebijakan fiskal pasca reshuffle kabinet. [Red]